By - - 0 Comments

Setiap orang tua tentu ingin anaknya memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Sebab, rasa percaya diri dapat membantu mereka lebih berani dan tumbuh menjadi pribadi yang tidak takut tantangan.

Kendati demikian, ada banyak orang tua yang tidak sadar bahwa pola asuh mereka mungkin merusak kepercayaan diri anak-anak tanpa mereka menyadarinya.

Berikut adalah kesalahan pola asuh paling umum yang menghancurkan kepercayaan diri anak-anak mengutip CNBC Make It

 

1. Membiarkan mereka lepas dari tanggung jawab

Sebagian orang tua enggan memberikan tugas rumah pada anak karena menganggap mereka belum dewasa. Padahal, melakukan tugas domestik di rumah sesuai umur anak dapat melatih mereka bertanggung jawab. Selain itu, saat mengerjakan tugas rumah, anak-anak akan melihat diri mereka mampu dan kompeten.

2. Mencegah mereka melakukan kesalahan

Begitu banyak orang tua bergegas menyelamatkan anak-anak sebelum mereka jatuh. Faktanya, mencegah anak berbuat salah ternyata merampas kesempatan mereka untuk belajar bagaimana bangkit kembali. Sebaiknya berikanlah kesempatan bagi anak untuk membangun kekuatan mental yang mereka butuhkan.

 

3. Melarang anak merasakan emosi

Banyak orang tua langsung menghibur anak ketika mereka sedih atau menenangkan mereka ketika marah. Padahal, hal tersebut justru bisa menghalangi anak mengembangkan kecerdasan emosional.

Bantu anak Anda mengidentifikasi apa yang memicu emosi, lalu ajari mereka cara mengendalikan emosi tersebut. Berikan anak pemahaman yang membantu menjelaskan perasaan mereka sehingga anak akan lebih mudah menangani emosi tersebut dengan cara yang sesuai di masa mendatang.

 

4. Mengajarkan mentalitas ‘korban’

Jangan pernah mengatakan hal-hal seperti ‘ayah/ibu tidak mampu membeli sepatu baru seperti anak-anak lain karena kami miskin’. Hal seperti itu justru memberikan kesan kepada anak bahwa Anda adalah ‘korban’ dari keadaan.

Daripada mengajarkan anak mental ‘korban’, dorong mereka untuk mengambil tindakan positif yang bisa membantu mereka merasa lebih percaya diri dengan kemampuan mereka.

 

5. Terlalu protektif

Orang tua adalah pemandu, bukan pelindung. Biarkan anak-anak Anda mengalami kesulitan hidup, bahkan ketika hal itu menakutkan. Beri mereka kesempatan untuk menghadapi masalahnya sendiri, sehingga mereka bisa tumbuh lebih percaya diri.

 

6. Mengharapkan kesempurnaan

Sah-sah saja punya harapan, tetapi berharap terlalu banyak ada konsekuensinya. Ketika anak-anak memandang harapan terlalu tinggi, mereka mungkin jadi malas mencoba atau mereka mungkin merasa seolah-olah hal itu tidak akan pernah berhasil.

Sebaliknya, berikan harapan yang jelas untuk jangka panjang dan apresiasi anak ketika mereka berhasil meraih capaian-capaian kecil. Misalnya, kuliah adalah harapan jangka panjang, jadi bantu mereka menciptakan tujuan jangka pendek dalam upaya meraihnya (misalnya, mendapatkan nilai bagus, mengerjakan pekerjaan rumah, membaca).

 

7. Menghukum, bukan mendisiplinkan

Anak-anak perlu belajar bahwa beberapa tindakan memiliki konsekuensi serius. Tetapi ada perbedaan besar antara disiplin dan hukuman.

Dengan kata lain, disiplin memberi anak Anda kepercayaan diri bahwa mereka dapat membuat pilihan yang lebih cerdas dan lebih sehat di masa depan, sementara hukuman membuat mereka berpikir bahwa mereka tidak mampu melakukan yang lebih baik.