By - - 0 Comments

Generasi Z (lahir 1997-2012) dikenal sebagai generasi yang tumbuh di era digital dengan akses informasi yang sangat luas.

Hal itu dapat berkontribusi dalam terbentuknya masalah kesehatan mental di kalangan mereka. Dengan adanya media sosial, tantangan yang mereka hadapi lebih kompleks, mulai dari kebiasaan membandingkan yang memicu rasa tidak percaya diri, hingga tekanan untuk selalu tampil terbaik secara online.

Tantangan-tantangan ini seringkali menjadi faktor penyebab dari kecemasan berlebih dan depresi. Generasi yang lebih tua memiliki peran penting dalam membantu Gen Z menghadapi masalah ini.

Kesehatan Mental Pekerja Gen Z Menurut Survei, Gen Z Paling Banyak Mengalami Gangguan Mental Menurut Psikolog Jessica, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko masalah kesehatan mental pada Gen Z.

Sebelumnya, penting untuk terlebih dahulu menyadari bahwa memang ada perbedaan yang signifikan antar generasi. “Generasi sekarang sudah penuh dengan teknologi dan penggunaan media sosial, sehingga sebagai generasi yang lebih tua, kita harus bisa mengayomi,” ujarnya.

Orang-orang yang lebih tua dapat membantu Gen Z memahami hal-hal yang boleh dan wajar dirasakan, serta sebaiknya tidak dilakukan, misalnya membandingkan diri dengan orang lain.

Faktanya, hampir setiap Gen Z yang menggunakan media sosial akan membandingkan dirinya dengan orang lain. Tenangkan diri sebelum membantu Para pengasuh, seperti orangtua, kakak, atau guru, harus menenangkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum mengayomi Gen Z.

“Karena kalau kita sendiri tidak tenang, ucapan kita akan ‘nusuk’ dan memperburuk keadaan mereka,” jelasnya.

Tenangkan diri kita terlebih dahulu, kemudian pahami hal-hal seperti apa itu penyakit mental, dan bagaimana cara menanggulanginya.

Setelah itu, kita dapat mengalihkan perhatian mereka dari tekanan dengan melibatkannya dalam kegiatan yang aktif. “Kita perlu membantu mereka mencari kegiatan lain, karena depresi rasanya sangat gelap dan bikin enggak mau ngapa-ngapain,” katanya.

Kegiatan seperti berjalan kaki, menonton film, memasak, dan beribadah dapat membantu mereka untuk lepas dari tekanan.

Terakhir, Jessica menekankan bahwa kita perlu mengingatkan bahwa mereka tidak sendiri. “Mereka enggak sendirian, masih ada orangtua, ada saudara, ada teman, dan ada guru juga,” tutupnya