By - - 0 Comments

Tidur adalah kebutuhan pokok yang penting untuk kesehatan mental dan fisik anak mama. Namun, semakin bertambahnya usia anak, ia semakin sulit tidur. American Academy of Pediatrics memperkirakan bahwa masalah tidur memengaruhi 25-50 persen anak-anak dan 40 persen remaja.

Begadang menjadi salah satu kebiasaan buruk yang dilakukan anak dan remaja. Walaupun terkadang alasannya akibat belum mengantuk, mengerjakan tugas, atau sedang menyaksikan video di media sosial, begadang bisa berdampak buruk bagi kesehatan dan perkembangan anak.

Maka dari itu, Mama perlu menyampaikan pada anak manfaat pola tidur yang sehat dan dampak yang terjadi jika sering begadang.

3. Begadang menjadi masalah kesehatan masyarakat serius antara anak-anak

52 persen anak-anak di Amerika Serikat berusia 6 hingga 17 tahun memiliki waktu tidur kurang dari 9 jam per malam, yang direkomendasikan oleh dokter anak. Kekurangan tidur dapat berdampak pada perkembangan anak, menurut sebuah studi baru yang dipresentasikan di Konferensi dan Pameran Nasional American Academy of Pediatrics (AAP) 2019 di New Orleans.

Peneliti membandingkan anak yang kurang tidur dengan anak yang cukup tidur. 48 persen anak-anak yang cukup tidur memiliki kemungkinan 44 persen lebih tinggi untuk menunjukkan rasa ingin tahu dalam mempelajari informasi dan keterampilan baru.

Peneliti menambahkan, anak yang cukup tidur juga 33 persen lebih mungkin untuk menyelesaikan semua pekerjaan rumah mereka, dan 28 persen lebih mungkin untuk peduli tentang prestasi terbaik di sekolah

Faktor risiko tidur yang buruk termasuk hidup di bawah garis kemiskinan federal, kurangnya pendidikan tentang pentingnya tidur yang cukup, peningkatan penggunaan media digital, situasi kehidupan rumah yang tidak nyaman, dan masalah kesehatan mental.

Dampak Negatif dari Sering Begadang pada Anak Remaja

Sering begadang hingga tidak cukup tidur setiap malam dapat berdampak negatif bagi anak. Ini tidak selalu bisa digantikan dengan waktu tidur tambahan di malam berikutnya. Seiring waktu, kurang tidur setiap malam dapat menyebabkan berbagai gangguan gejala perilaku, kognitif (mental), dan emosional.

1. Membuat anak lebih mudah jatuh sakit

1. Membuat anak lebih mudah jatuh sakit

Bahaya kurang tidur lebih dari sekadar kinerja akademis, kata para ahli.

Salah satu alasannya, kurang tidur ditambah dengan paparan kuman yang lebih besar di sekolah membuat anak lebih mudah jatuh sakit.

“Kesehatan fisik anak dapat mulai terpukul ketika ia mengurangi istirahat malam yang dibutuhkan,”

2. Perkembangan fungsi mental yang terganggu

2. Perkembangan fungsi mental terganggu

Kurang tidur juga menjadi masalah pada perkembangan remaja.

“Kaum muda, terutama remaja, masih mengembangkan lobus frontal dan keterampilan membuat keputusan, tetapi ketika masalah kurang tidur semakin terganggu, maka lobus frontalnya paling terganggu,”

Kansagra juga menambahkan bahwa hal ini dapat menyebabkan fungsi mental menjadi lebih mirip dengan orang mabuk, di mana proses pengambilan keputusan tertunda dan terganggu, perhatian dipersingkat, dan fungsi memori menurun.

3. Memiliki lebih banyak masalah terkait kecemasan dan suasana hati

3. Memiliki lebih banyak masalah terkait kecemasan suasana hati

Selain itu, efeknya bisa lebih dari sekadar kehilangan memori.

“Anak-anak yang kurang tidur memiliki lebih banyak masalah perilaku, lebih banyak masalah akademis, lebih banyak masalah kesehatan, lebih banyak perilaku pengambilan risiko, dan lebih banyak masalah terkait kecemasan dan suasana hati,”

Selain itu, Schneeberg juga menambahkan,anak yang kurang tidur lebih berisiko terhadap teror tidur, mimpi buruk, berjalan dalam tidur, dan bahkan mengompol.

4. Meningkatkan risiko terkena penyakit yang berbahaya

4. Meningkatkan risiko terkena penyakit berbahaya

Jika terlalu sedikit tidur dapat meningkatkan risiko anak untuk mengalami masalah kesehatan, seperti obesitas, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, detak jantung tidak teratur, dan diabetes.

5. Berisiko melukai diri sendiri hingga risiko bunuh diri

5. Berisiko melukai diri sendiri hingga risiko bunuh diri

Namun, mungkin risiko yang paling harus diperhatikan adalah hubungan remaja yang begadang dengan melukai diri sendiri dan risiko bunuh diri.

“Hubungan terkuat adalah antara suasana hati dan melukai diri sendiri, sehingga siswa sekolah menengah yang tidur kurang dari 6 jam lebih dari tiga kali lebih mungkin melaporkan mempertimbangkan untuk bunuh diri, membuat rencana percobaan bunuh diri, atau mencoba bunuh diri daripada siswa sekolah menengah yang tidur 8 jam. atau lebih, ”

siswa sekolah menengah yang tidur kurang dari 6 jam lebih dari empat kali lebih mungkin melaporkan percobaan bunuh diri.

Banyak faktor yang membuat anak sulit tidur, namun di era teknologi saat ini media sosial bisa memengaruhi waktu tidur anak, khususnya di malam hari.