By - - 0 Comments

Bagi kamu yang sering membuat desain untuk keperluan postingan di Instagram, X, atau membuat slide presentasi, tentu sudah tidak asing lagi dengan Canva. Yup, Canva memang sangat memudahkan kita untuk berkreasi, membuat desain tanpa menggunakan tools atau program yang sulit.

Di balik Canva yang sangat memudahkan kita sekarang, ada sosok Melanie Perkins, pendiri Canva yang berhasil membangun produk ini dari ide yang sederhana. Namun, perlu kamu tahu bahwa sebelum Canva hadir menemani kita sekarang, Melanie Perkins membangunnya bukan dengan cara yang mudah. Ia bahkan mengalami serangkaian penolakan sebelumnya.

Lalu, apa yang membuatnya tidak gentar untuk terus memperjuangkan idenya dan bagaimana perjalanan Melanie Perkins dalam mewujudkan mimpinya? Simak kisah suksesnya berikut ini yuk!

Pendidikan dan Inspirasi Melanie Perkins Membangun Canva

Seperti yang dilansir dari Women on Topp, Melanie Perkins tumbuh dan berasal dari Perth, Australia dan disebut-sebut sejak kecil sudah menunjukkan bakatnya dalam kreativitas dan memecahkan masalah. Pada saat berkuliah di University of Western Australia mengambil bidang Komunikasi, ia telah mulai mengembangkan gagasan mengenai suatu alat desain yang lebih mudah diakses oleh banyak orang.

Saat ia terlibat dalam kegiatan mengajar program desain kepada teman-temannya, Melanie menyadari bahwa ternyata masih banyak orang kesulitan menggunakan perangkat lunak desain yang rumit dan mahal.

Hal inilah yang menginspirasinya untuk menciptakan alat yang sederhana, murah, dan mudah digunakan. Berawal dari program sederhana bernama Fusion, idenya tersebut terus berkembang hingga melahirkan Canva.

Pada tahun 2007 ia bersama dengan rekannya yang kini menjadi suaminya, Cliff Obrecht mulai mengembangkan Canva untuk mempermudah semua orang membuat desain tanpa perlu keahlian khusus.

Melanie Perkins Tetap Berjuang Meski Menghadapi Banyak Tantangan
Meski ide yang Melanie Perkins miliki cukup baik untuk mengatasi halangan skill yang dialami oleh banyak orang untuk membuat suatu desain, ternyata Melanie Perkins tetap menghadapi banyak tantangan, termasuk saat ia kesulitan mendapatkan pendanaan dan membangun antarmuka yang ramah untuk pengguna.

Seperti yang dilansir dari Forbes, Canva yang berbasis di Australia dan jauh dari pusat teknologi Silicon Valley juga turut membuatnya jadi sulit mendapatkan pendanaan. Bahkan, Melanie Perkins telah mendapatkan penolakan dari lebih dari 100 investor.

Namun, Melanie Perkins tetap tidak gentar bahkan tetap nekat bertemu dengan penyelenggara komunitas kitesurfing bagi investor di sebuah kompetisi startup di Perth, Australia. Melanie Perkins mulai berlatih hingga akhirnya meraih kesempatan untuk mempresentasikan Canva ke investor tersebut, meski dirinya harus melewati berbagai tantangan yang penuh dengan risiko.

Melanie Perkins yakin bahwa saat mendapatkan peluang meski itu hanya sedikit, maka kita harus memanfaatkannya dengan optimal.

Canva Kini Mendapatkan Valuasi Hingga USD 26 Miliar
Canva kini berhasil diterima sebagai perangkat lunak yang mudah digunakan 185 juta penggunanya untuk membuat desain. Seperti yang kamu tahu, keunggulan utama dari Canva adalah kemudahan penggunaannya, apalagi jika dibandingkan produk desain dari raksasa teknologi seperti Adobe.

Canva memungkinkan siapa saja mendesain tanpa perlu keahlian khusus dan tanpa perlu membayar mahal untuk perangkat lunak profesional yang rumit. Berkat kemudahan yang diberikan oleh Canva tersebut kepada pengguna, kini Canva mendapatkan valuasi senilai 26 miliar USD dan pendapatan berulang tahunan sekitar 2,3 miliar USD.

Melanie Perkins Tetap Sederhana Meski Sudah Meraih Kesuksesan
Di tengah kesuksesan yang ia raih, Melanie Perkins dan pasangannya, Cliff Obrecht tetap memilih untuk menerapkan gaya hidup yang sederhana. Mereka lebih suka liburan secara hemat daripada menggunakan pesawat jet pribadi.

Tidak hanya itu, Melanie Perkins juga terkenal sangat hati-hati dalam mengelola modal yang membuat Canva bisa terus meraih keuntungan sejak 2017.

Melanie Perkins Tetap Berambisi Mewujudkan Mimpinya untuk Canva

Meski sekarang Canva sudah sukses besar, Melanie Perkins tetap bersemangat untuk mewujudkan mimpinya yaitu menjadikan desain jadi lebih inklusif bagi siapa saja dan di mana saja. Ambisi Canva juga termasuk merambah dunia bisnis yang lebih besar dan mampu menyaingi perusahaan raksasa teknologi lainnya seperti Adobe.

Meski menghadapi persaingan ketat, Melanie Perkins tetap optimis Canva bisa terus berkembang. Menurutnya, Canva baru melakukan 1% dari tujuannya yang bisa dicapai. Ia juga ingin mewujudkan misi perusahaannya yaitu memberdayakan orang-orang di seluruh dunia agar bisa mendesain.

Itu tadi Beauties, kisah inspiratif dari Melanie Perkins, CEO Canva yang sangat cocok buat kamu tiru untuk mewujudkan mimpi