By - - 0 Comments

Salah satu tantangan yang biasa dialami oleh orangtua adalah masalah anak susah makan. Kondisi ini bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak terutama terkait berat badan.

Spesialis Anak dari RS EMC Pekayon, dr S Tumpal Andreas, mengatakan, penting bagi orangtua untuk mengetahui penyebab anak melakukan gerakan tutup mulut (GTM) atau tidak mau makan dan berat badan tidak sesuai usia. Salah satunya, kata Andreas, bisa disebabkan oleh sejumlah penyakit.

taboola mid article

“Penyakit apa saja yang bisa menyebabkan anak enggak mau makan atau gerakan tutup mulut atau bosan terhadap makan itu yang pertama adalah TBC. Kita tahu Indonesia ini merupakan salah satu penyumbang terbesar infeksi TBC. Itu merupakan penyebab yang paling utama,” kata Andreas beberapa waktu lalu.

Ketika anak sakit TBC, tubuh akan secara otomatis melawan kuman tuberkulosis. Asupan makanan menjadi ‘senjata’ dalam melawan kuman tuberkulosis yang bersarang di tubuh.

“Sehingga makanan yang diserap itu akan dipakai untuk menyembuhkan, recovery sel-selnya lagi. Jadi karena dipakai untuk recovery, otomatis sel-selnya yang lain itu enggak dapat makan untuk bertumbuh dan berkembang,” Andreas menjelaskan.

Selain itu, biasanya anak yang terinfeksi TBC juga mengalami anemia defisiensi besi sehingga enggan makan.

“Artinya kekurangan zat besi. Kita tahu (kondisi) kekurangan zat besi pada tubuh seorang anak itu bisa menyebabkan menurunnya nafsu makan,” ujarnya.

Penyakit TBC yang disertai anemia defisiensi besi juga mengganggu konsentrasi anak, kata Andreas. Kondisi anemia menyebabkan anak mudah mengantuk dan mager sehingga berdampak pada nafsu makan.

 

“Inilah yang akhirnya bisa mengakibatkan anak tidak mau makan atau pun mau makan tapi BB enggak naik-naik, kira-kira begitu,” kata Andreas.

Selain TBC, penyakit kecacingan, anemia defisiensi besi, serta alergi juga bisa menjadi penyebab anak susah makan.

 

 

 

Atasi Penyakit Sebelum Kejar Berat Badan

Dalam kesempatan yang sama, dr Amy Diana Ruth Oppusunggu, SpA dari RS EMC Sentul mengatakan penting untuk mengobati penyakit yang diderita oleh anak terlebih dulu sebelum berupaya mengejar berat badan anak yang ideal sesuai usia.

“Kalau masalah kekurangan berat badannya karena penyakit, yang pertama dilakukan adalah mengatasi penyakitnya, itu yang paling penting,” ujar Amy.

Setelah penyakit berhasil diatasi, orangtua dan dokter bisa mulai melakukan upaya kejar tumbuh. Dalam upaya ini, dokter kerap menyarankan untuk anak diberi asupan susu lebih sering.

“Kenapa kejar tumbuhnya itu pakai susu? Karena kalau makan padat itu untuk dicerna di lambung itu butuh waktu 4 sampai 6 jam ya. Kalau lambung belum kosong, anaknya juga enggak akan ada rasa lapar sehingga sulit untuk diberikan makan,” jelas Amy.

Berbeda dari makanan padat, Amy menjelaskan, susu akan selesai dicerna di lambung dalam waktu dua jam dan lalu bisa pindah ke usus untuk kemudian dilakukan resorbsi. Dengan demikian, pemberian jumlah kalori melalui susu bisa dilakukan lebih sering dan lebih banyak dibandingkan lewat makanan padat.

“Sehingga kita bisa lebih mencapai target kekurangan kejar tumbuh itu dalam waktu yang lebih singkat,” kata Amy.

 

Sesuaikan dengan Kondisi Anak

Jika anak mengalami alergi susu, orangtua bisa menyiapkan makanan pengganti lainnya yang juga dalam bentuk cair yang kalorinya dapat diukur. Hal ini diakui Amy, makanan dalam bentuk cair akan memiliki waktu transit yang lebih pendek ketimbang bentuk padat.

“Dalam bentuk cair, tentu dia akan lebih pendek transit time-nya dibandingkan dalam bentuk padat.”

Dalam menangani anak yang susah makan atau berat badan tidak sesuai standar, orangtua dan dokter perlu melihat permasalahan berdasarkan kondisi tiap-tiap anak.

Amy juga menyampaikan bahwa masalah kesehatan anak bisa langsung diatasi hanya dengan sekali pertemuan dengan dokter.

 

“Kadang-kadang orangtua itu berharap dalam satu kali pertemuan kemudian masalahnya selesai. Padahal kadangkala kita butuh bertemu beberapa kali untuk bisa memetakan problem si anak ini kenapa persisnya,” jelas Amy.