By - - 0 Comments

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap adanya potensi hujan es di sejumlah wilayah Indonesia.

Hujan es merupakan fenomena cuaca berskala lokal yang ditandai dengan jatuhnya butiran es disertai hujan deras, kilat, dan angin kencang dalam durasi singkat.

Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani mengatakan, fenomena hujan es jarang terjadi wilayah tropis seperti Indonesia.

“Namun jika terjadi, umumnya pada masa peralihan musim (pancaroba),” ucap Ida.

Penyebab hujan es Menurutnya, penyebab utama hujan es adalah kondisi atmosfer yang tak stabil ketika masa peralihan musim.

“Hujan es di Indonesia terjadi ketika udara lembab dan panas di permukaan naik dengan cepat (updraft) membentuk awan cumulonimbus yang tinggi,” ujar Ida.

Ia menuturkan, cumulonimbus sendiri merupakan awan pembawa hujan deras, angin kencang, dan terkadang juga es.

Di dalam awan ini, uap air mengalami pendinginan ekstrem hingga mencapai freezing level atau tingkat pembekuan dan membentuk butiran es.

Updraft dalam awan memicu proses konveksi cukup kuat. Butiran es ini akan bertahan semakin membesar hingga berbentuk seperti bongkahan.

Ketika awan tak lagi mampu menahan, bongkahan es tersebut turun menuju permukaan Bumi.

Jika suhu permukaan Bumi cukup dingin, bongkahan es tersebut tidak akan mencair dan jatuh sebagai hujan es.

Es yang turun ini juga akan bergesekan dengan udara, sehingga bongkahannya bisa menjadi berukuran kecil saat sampai di permukaan Bumi.

“(Alasan) fenomena ini paling sering terjadi selama pancaroba, ketika ketidakstabilan atmosfer tinggi akibat perbedaan suhu yang signifikan antara permukaan dan lapisan atas atmosfer,” tutur Ida.

Tanda-tanda akan terjadi hujan es

Berikut ini sejumlah hal yang menandakan akan terjadi hujan es di suatu wilayah:

  • Udara pada malam hari sebelumnya hingga pagi, akan terasa panas dan gerah karena radiasi
  • Matahari cukup kuat Mulai pukul 10.00, akan terlihat tumbuhnya awan putih yang bertumpuk-tumpuk
  • Awan akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal sebagai cumulonimbus.
  • Terasa ada sentuhan udara dingin sekitar
  • Dahan atau ranting pohon bergoyang cepat
  • Hujan deras datang secara tiba-tiba, dapat disertai angin kencang.
  • Wilayah yang masih berpotensi hujan es.

Ida menjelaskan, beberapa wilayah masih dalam masa pancaroba dan diprediksi baru akan memasuki musim hujan pada November hingga Desember 2024.

Seperti diketahui, wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan. Meski begitu, musim hujan ini tidak secara serentak terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

Hal tersebut menandakan bahwa sejumlah wilayah masih berpotensi dilanda hujan es, di antaranya:

  • Lampung
  • Sebagian kecil wilayah Banten bagian utara
  • Sebagian kecil wilayah Jawa Barat bagian utara
  • Sebagian Jawa Timur
  • Sebagian kecil wilayah Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur
  • Sulawesi Selatan bagian selatan
  • Sulawesi Tenggara bagian selatan
  • Papua Selatan.

Ida mengatakan, potensi hujan es diperkirakan akan berkurang seiring berakhirnya masa pancaroba dan memasuki musim hujan.

Meski begitu,  fenomena ini sulit diprediksi secara spesifik waktu dan lokasi kejadiannya.

“Karena skalanya yang sangat lokal, yang biasanya terjadi pada lokasi yang tidak luas dan durasi yang singkat,” katanya.